Jenis-jenis Domba
(Biri-biri)
(Domba Garut, Batur, Texel/Dombos, Kibas, Gembel, dsb)
Dengan semakin
banyaknya (kuantitas) dan semakin mampunya (kualitas) peternak melakukan
penyilangan sendiri, maka saat ini sebenarnya semakin sulit menentukan
jenis domba. Namun demikian disini akan diuraikan secara singkat
jenis-jenis domba yang ada di Indonesia (beredar di pasaran), kemudian
barulah jenis domba yang ada di luar negeri.
1. Domba Garut (Domba
Priangan)
Menurut
para pakar domba seperti Prof. Didi Atmadilaga dan Prof. Asikin
Natasasmita, bahwa Domba Garut merupakan hasil persilangan segitiga
antara domba lokal (asli Indonesia), Domba Cape/Capstaad (Domba Ekor
Gemuk atau Kibas) dari Afrika Selatan dan Domba Merino dari Asia Kecil.
Yang dibentuk kira-kira pada pertengahan abad ke 19 (±1854) yang dirintis
oleh Adipati Limbangan Garut.
Sekitar 70 tahun kemudian yaitu tahun 1926 Domba Garut telah menunjukan
suatu keseragaman, misalnya bentuk tanduk yang besar melingkar diturunkan
dari Domba Merino.
Pada awalnya domba priangan atau domba garut ini berkembang di
Priangan (Jawa Barat), terutama di daerah Bandung, Garut, Sumedang,
Ciamis, dan Tasikmalaya. Namun saat ini sudah berkembang di seluruh pulau
jawa khususnya dan Indonesia pada umumnya. Domba ini dipelihara selain
sebagai domba potong atau domba pedaging, juga dipelihara sebagai domba
aduan.
Ciri-ciri domba garut :
- Bertubuh besar dan lebar,
lehernya kuat, dahi konveks.
- Domba priangan jantan
memiliki tanduk besar dan kuat, melengkung ke belakang berbentuk
spiral, dan pangkal tanduk kanan dan kiri hampir menyatu. Sedangkan
domba betina tidak memiliki tanduk, panjang telinga sedang, dan
terletak di belakang tanduk.
- Domba jantan mempunyai
berat 40-80 kg, sedangkan betina 30-40 kg.
- Kadang-kadang dijumpai
adanya domba tanpa daun telinga.
- Keunggulan domba priangan
ini adalah kulitnya
merupakan salah satu kulit dengan kualitas terbaik di dunia, selain
itu dengan leher yang kokoh dan tubuh yang besar, kuat, domba ini
sesuai untuk domba aduan. Keunggulan lainnya adalah penghasil daging
yang sangat baik dan mudah dipelihara.
|
2. Domba Texel Wonosobo
(Dombos)
Domba
Texel atau juga dikenal dengan nama Dombos yang artinya Domba Texel
Wonosobo. Pada bulan Juli 2009,
peternak di Lampung Timur mendatangkan 75 ekor betina dan 1 pejantan
domba Texel yang didatangkan dari daerah Dieng Wonosobo, dan ternyata
dapat beradaptasi dan berkembang biak dengan baik di daerah Lampung Timur
yang bersuhu panas.
Pada
tahun 1954/1955 Pemerintah mendatangkan 500 ekor Domba Texel dari Belanda
dan dialokasikan ke beberapa daerah di Provinsi Jawa Barat, Jawa Tengah
(Baturaden Banyumas dan Tawangmangu Solo) dan Jawa Timur, tetapi daerah
tersebut tidak mampu mengembangkannya. Akhirnya tahun 1957, dipindahkan
ke Daerah Wonosobo. Ternyata penduduk Wonosobo mampu mengembangkan
Domba Texel tersebut, akhir tahun 2006 populasi mencapai 8.753 ekor.
Domba Texel mempunyai ciri khas yang mudah dibedakan dari domba jenis
lain yaitu : Mempunyai bulu wol yang keriting halus berbentuk spiral
berwarna putih yang menyelimuti bagian tubuhnya kecuali perut bagian
bawah, keempat kaki dan kepala. Postur tubuh tinggi besar dan panjang
dengan leher panjang dan ekor kecil.
Domba Texel tergolong ternak unggulan yang berpotensi sebagai penghasil
daging. Bobot badan dewasa jantan dapat mencapai 100 kg dan yang
betina 80 kg dengan karkas sekitar 55 %. Dalam penggemukkan secara
intensif dapat menghasilkan pertambahan berat badan 265 – 285 gram/hari.
Masyarakat Kabupaten Wonosobo, Provinsi Jawa Tengah telah banyak merintis
usaha penggemukan intensif terhadap Domba Persilangan Texel dengan Domba
Lokal, yang menghasilkan keuntungan memadai. Di samping itu Domba Texel
dapat menghasilkan bulu wool berkualitas sebanyak 1000 gram/ekor/tahun,
yang dapat diolah sebagai komuditas yang mempunyai nilai tambah. Di
pedesaan Wonosobo yang potensial Domba texel telah dirintis industri
rumah tangga yang mengolah bulu wool Domba Texel.
Domba Texel tergolong ternak yang cepat berkembang biak, dapat beranak
pertama kali pada umur 15 bulan dan selanjutnya dapat melahirkan setiap
delapan bulan. Anak pertama cenderung tunggal dan anak berikutnya
kadang-kadang kembar dua. Domba Texel mempunyai karakter genetik yang
cenderung dominan. Di Kabupaten Wonosobo, Domba Texel telah banyak
memberi kontribusi genetik terhadap domba-domba lokal melalui proses
kawin silang, menghasilkan domba domba persilangan yang potensial
sebagai penghasil daging.
Kendala pengembangan Domba Texel justru karena tingginya permintaan
dari luar daerah yang disinyalir untuk di ekspor ke Malaysia. Hal ini
sebenarnya meningkatkan pamor dan nilai harga Domba Texel itu sendiri,
sehingga meningkatkan kesejahteraan masyarakat peternak dan pedangan
Domba Texel. Namun di sisi lain, bila pengeluaran ke luar daerah tak
dikendalikan, bisa mengancam terjadinya pengurasan ternak. Kendala lain,
perkembang biakan Domba Dexel masih tergantung pada kawin alam, berhubung
belum terdapatnya Produsen Frozen semen Domba Texel.
Pemerintah telah berupaya melestarikan Domba Texel melalui Program
Village Breeding Centre (VBC) Domba Texel yang meliputi kegiatan
pendataan, droping Domba Texel Gaduhan Pemerintah, sosialisasi dan
promosi pelestarian maupun teknik budidaya serta pelatihan pengolahan
bulu, kulit dan daging Domba Texel.
|
3. Domba Batur Banjarnegara
(Domas)
Domba Batur (atau Domas)
sebenarnya merupakan domba hasil persilangan dari domba lokal yaitu domba
Ekor Tipis (Gembel), domba Suffolk dan domba Texel. Pada 1984, kelompok
tani ternak di Kecamatan Batur, Kabupaten Banjarnegara, Jawa Tengah,
berusaha menyilangkan domba bantuan presiden dengan domba lokal. Persilangan
domba asal Tapos dan domba lokal menghasilkan keturunan yang oleh warga
dinamai domba Batur atau Domas.
Pada awalnya berkembang di daerah Banjarnegara dan menjadi ikon
Banjarnegara, dan sejak tahun 2009 mulai berkembang di beberapa daerah
Jawa dan Sumatera.
Domba batur jantan maupun betina adalah tipe domba potong yang merupakan penghasil
daging yang baik.
Ciri-ciri Domba Batur :
- Tubuhnya besar dan
panjang.
- Kaki cenderung pendek dan
kuat.
- Domba jantan maupun
betinanya tidak memiliki tanduk.
- Kulitnya relatif lebih
tipis dibandingkan domba garut, kibas, atau gembel, namun bulunya
tebal.
- Warna bulu dominan putih
dan menutupi seluruh tubuhnya hingga bagian muka domba.
- Keunggulan utama domba Batur
ini adalah berat badannya.
Untuk domba jantan dewasa berkisar antara 90-140 kg dan domba
betina 60-80 kg, serta tinggi badan domba jantan dapat mencapai 75
cm dan tinggi domba betina 60 cm.
Domba Batur ini memang
istimewa montok/gemuk,
pada umur dua tahun domba jantan umumnya sudah bisa mencapai bobot 100 kg
dan betina 80 kg. Bahkan, domba jantan yang bagus dapat mencapai bobot
140 kg. Domba dengan bobot seperti ini biasanya dijadikan pejantan.
Proporsi dagingnya (bukan karkas yang masih bertulang) juga tinggi.
Dagingnya lebih empuk dan lemaknya lebih tinggi. Untuk sate lebih bagus.
Domba Batur mulai dapat dikawinkan pada umur 8 bulan saat si betina
mencapai bobot 50—60 kg. Satu ekor pejantan mampu mengawini 10 ekor
betina. Betina bunting selama lima bulan dan rata-rata jumlah anaknya 1,5
ekor per kelahiran.
|
4. Domba Ekor Tipis (Domba
Gembel)
Domba
ekor tipis dikenal sebagai domba asli Indonesia dan sering disebut Domba
Gembel, dalam Bahasa Inggris disebut
Javanesse Thin-Tailed sheep.
Pada awalnya domba ini berkembang di daerah Jawa Tengah dan Jawa Barat,
namun saat ini sudah berkembang di seluruh pulau jawa khususnya dan
Indonesia pada umumnya.
Ciri-ciri domba ekor tipis :
- Termasuk golongan domba
berperawakan kecil, dengan berat badan domba jantan 30-40 kg dan
domba betina 15-20 kg.
- Bulu wolnya gembel
berwarna putih dominan dengan warna hitam di sekeliling mata,
hidung, dan beberapa bagian tubuh lain.
- Ekornya tidak menunjukkan
adanya desposisi lemak.
- Telinga umumnya medium
sampai kecil dan sebagian berposisi menggantung.
- Domba jantan memiliki
tanduk melingkar, sedangkan yang betina umumnya tidak bertanduk.
- Keunggulan domba ekor
tipis ini adalah bersifat
prolific (dapat melahirkan anak kembar 2-5 ekor setiap kelahiran),
mudah berkembang biak dan tidak dipengaruhi musim kawin, serta mampu
beradaptasi pada daerah tropis dan makanan yang buruk.
|
5. Domba Ekor Gemuk (Domba
Kibas)
Domba
Ekor Gemuk dikenal juga dengan nama Domba Kibas (di Jawa), juga dikenal
sebagai domba Donggala (di Sulawesi Selatan). Domba ini berasal dari Asia Barat atau India yang
dibawa oleh pedagang bangsa Arab pada abad ke-18. Pada sekitar tahun 1731
sampai 1779 pemerintah Hindia Belanda telah mengimpor domba Kirmani,
yaitu domba ekor gemuk dari Persia.
Pada awalnya domba Ekor Gemuk berkembang di Jawa Timur, Madura, Sulawesi,
dan Nusa Tenggara (terutama di Lombok). Namun saat ini sudah berkembang
di seluruh Indonesia.
Domba ini beradaptasi dan tumbuh lebih baik di daerah beriklim kering.
Ciri-ciri domba ekor gemuk :
- Bentuk badannya sedikit
lebih besar daripada domba lokal lainnya.
- Berat domba jantan
mencapai 40-60 kg, sedangkan domba betina 25-50 kg.
- Tinggi badan pada jantan
dewasa antara 52 – 65 cm, sedangkan pada betina dewasa 47 – 60 cm.
- Warna bulu wolnya putih
dan kasar.
- Ekor yang besar, lebar
dan panjang. Bagian pangkal ekor membesar merupakan timbunan lemak,
sedangkan bagian ujung ekor kecil karena tidak terjadi penimbunan
lemak. Cadangan lemak di bagian ekor berfungsi sebagai sumber energi
pada musim paceklik.
- Dada terlihat serasi dan
kuat seperti bentuk perahu, ke empat kakinya kalau jalan agak lamban
karena menanggung berat badan dan ekornya yang gemuk.
- Umumnya domba jantan
tidak bertanduk dan hanya sedikit yang mempunyai tanduk kecil,
sedangkan yang betina tidak bertanduk.
- Keunggulan Domba Domba
ekor gemuk ini adalah tahan
terhadap panas dan kering.
|
6. Domba Hampshire
Domba Hampshire dikembangkan di daerah Hampshire, Inggris, pada abad
ke-19 melalui persilangan antara domba Southdown jantan dengan domba
betina keturunan Wiltshire Horn dan Berkshire Knot.
Ciri-ciri Domba Hampshire :
- Wajah berwarna gelap
- Bulu panjang dan tebal
berwarna coklat.
- Telinga agak melengkung.
- Kaki berwarna hitam dan
tidak ditutupi wol
|
7. Domba Polwarth
Domba Polwarth merupakan tipe dual-purpose, dikembangkan di Victoria,
Australia sejak tahun 1880. Merupakan persilangan antara Merino (75%) dan
Lincoln (25%).
Domba Polwarth memiliki tubuh yang besar, tegap, pemeliharaannya mudah
dan memiliki produktivitas wool yang tinggi dengan serat bulu berdiameter
antara 22-25 mikron.
|
8. Domba Portland
Domba Portland berasal dari Inggris dan merupakan salah satu breed
Dorset.
Bertubuh kecil dan dipenuhi oleh wool kecuali pada bagian wajah dan kaki
bagian bawah yang berwana kecoklatan. Domba yang baru lahir berwarna dan
berwarna agak keputih-putihan atau abu-abu selama beberapa awal bulan
kehidupan. Tanduk muncul setelah dewasa dan berbentuk spiral.
|
9. Domba Rambouillet
Domba Rambouillet berasal dari Prancis disebut juga Merino Prancis. Domba
Rambouillet merupakan tipe dwiguna.
Ciri-ciri Domba Rambouillet :
- Badan besar, dalam, lebar
dan padat dengan tulang-tulang yang kuat.
- Kepala tegak.
- Domba jantan bertanduk
besar sedangkan betina tidak bertanduk.
|
10. Domba Norwegia (Villsau)
Domba Norwegia merupakan domba primitif yang hidup di daerah Norwegia dan
Skandinavia.
Memiliki muka yang kecil dengan kaki yang bagus dan bulu yang berwarna
hampir putih sampai keabu-abuan, cokelat gelap dan hitam. Berat jantan
dewasa sekitar 43 kg dan betinanya 32 kg.
|
11. Domba Southdown
Domba Southdown berasal dari Inggris dan merupakan tipepedaging.
Ciri-ciri Domba Southdown :
- Tubuh kecil, lebar dan
dalam, bentuk bulat, daging padat dan kaki pendek.
- Garis punggung lurus,
leher pendek dan tebal.
- Telinga pendek dengan
ujung bulat dan tidak bertanduk.
|
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar