Proses
pengolahan minyak bumi
Kelompok
2 :
1) Ayu Martasari
2) Bayu Aris Rifai
3) Dewi Nurcahyaningsih
4) Fadillah Muzaki
5) Fika Septiani
6) Guritno Adi S.
PROSES PENGOLAHAN MINYAK BUMI
Minyak bumi biasanya berada 3-4 km
di bawah permukaan laut. Minyak bumi diperoleh dengan membuat sumur bor. Minyak
mentah yang diperoleh ditampung dalam kapal tanker atau dialirkan melalui
pipa ke stasiun tangki atau ke kilang minyak.
Minyak mentah (cude oil) berbentuk cairan kental hitam dan berbau kurang
sedap. Minyak mentah belum dapat digunakan sebagai bahan bakar maupun untuk
keperluan lainnya, tetapi harus diolah terlebih dahulu. Minyak mentah
mengandung sekitar 500 jenis hidrokarbon dengan jumlah atom C-1 sampai 50.
Titik didih hidrokarbon meningkat seiring bertambahnya jumlah atom C yang
berada di dalam molekulnya. Oleh karena itu, pengolahan minyak bumi dilakukan
melalui destilasi bertingkat, dimana minyak mentah dipisahkan ke dalam
kelompok-kelompok (fraksi) dengan titik didih yang mirip.
Secara umum Proses Pengolahan Minyak
Bumi digambarkan sebagai berikut:
1.
DESTILASI
Destilasi adalah pemisahan
fraksi-fraksi minyak bumi berdasarkan perbedaan titik didihnya. Dalam hal ini adalah destilasi fraksinasi. Mula-mula minyak
mentah dipanaskan dalam aliran pipa dalam furnace (tanur) sampai dengan
suhu ± 370°C. Minyak mentah yang sudah dipanaskan tersebut kemudian masuk
kedalam kolom fraksinasi pada bagian flash chamber (biasanya berada pada
sepertiga bagian bawah kolom fraksinasi). Untuk menjaga suhu dan tekanan dalam
kolom maka dibantu pemanasan dengan steam (uap air panas dan bertekanan
tinggi).
Menara destilasi

Minyak mentah yang menguap pada proses destilasi ini naik ke bagian atas kolom
dan selanjutnya terkondensasi pada suhu yang berbeda-beda. Komponen yang titik
didihnya lebih tinggi akan tetap berupa cairan dan turun ke bawah, sedangkan
yang titik didihnya lebih rendah akan menguap dan naik ke bagian atas melalui
sungkup-sungkup yang disebut sungkup gelembung. Makin ke atas, suhu yang
terdapat dalam kolom fraksionasi tersebut makin rendah, sehingga setiap kali
komponen dengan titik didih lebih tinggi akan terpisah, sedangkan komponen yang
titik didihnya lebih rendah naik ke bagian yang lebih atas lagi. Demikian
selanjutnya sehingga komponen yang mencapai puncak adalah komponen yang pada
suhu kamar berupa gas. Komponen yang berupa gas ini disebut gas petroleum,
kemudian dicairkan dan disebut LPG (Liquified Petroleum Gas).
Fraksi minyak mentah yang tidak menguap menjadi residu. Residu minyak bumi meliputi
parafin, lilin, dan aspal. Residu-residu ini memiliki rantai karbon sejumlah
lebih dari 20.
Fraksi minyak bumi yang dihasilkan berdasarkan rentang titik didihnya antara
lain sebagai berikut :
1. Gas
Rentang rantai karbon : C1 sampai C5
Trayek didih : 0 sampai 50°C
2. Gasolin (Bensin)
Rentang rantai karbon : C6 sampai C11
Trayek didih : 50 sampai 85°C
3. Kerosin (Minyak Tanah)
Rentang rantai karbon : C12 sampai C20
Trayek didih : 85 sampai 105°C
4. Solar
Rentang rantai karbon : C21 sampai C30
Trayek didih : 105 sampai 135°C
5. Minyak Berat
Rentang ranai karbon : C31 sampai C40
Trayek didih : 135 sampai 300°C
6. Residu
Rentang rantai karbon : di atas C40
Trayek didih : di atas 300°C
Fraksi-fraksi minyak bumi dari
proses destilasi bertingkat belum memiliki kualitas yang sesuai dengan
kebutuhan masyarakat, sehingga perlu pengolahan lebih lanjut yang meliputi
proses cracking, reforming, polimerisasi, treating, dan blending.
2.
CRACKING
Setelah melalui tahap destilasi,
masing-masing fraksi yang dihasilkan dimurnikan (refinery), seperti terlihat
dibawah ini:
Cracking adalah penguraian
molekul-molekul senyawa hidrokarbon yang besar menjadi molekul-molekul senyawa
hidrokarbon yang kecil. Contoh
cracking ini adalah pengolahan minyak solar atau minyak tanah menjadi bensin.
Proses ini terutama ditujukan untuk memperbaiki kualitas dan perolehan fraksi
gasolin (bensin). Kualitas gasolin sangat ditentukan oleh sifat anti knock
(ketukan) yang dinyatakan dalam bilangan oktan. Bilangan oktan 100 diberikan
pada isooktan (2,2,4-trimetil pentana) yang mempunyai sifat anti knocking yang
istimewa, dan bilangan oktan 0 diberikan pada n-heptana yang mempunyai sifat
anti knock yang buruk. Gasolin yang diuji akan dibandingkan dengan campuran
isooktana dan n-heptana. Bilangan oktan dipengaruhi oleh beberapa struktur
molekul hidrokarbon.
Terdapat 3 cara proses cracking,
yaitu : 
a. Cara panas (thermal cracking),
yaitu dengan penggunaan suhu tinggi dan tekanan yang rendah.
Contoh reaksi-reaksi pada proses
cracking adalah sebagai berikut :
b. Cara katalis (catalytic
cracking), yaitu dengan penggunaan katalis. Katalis yang digunakan biasanya
SiO2 atau Al2O3 bauksit. Reaksi dari perengkahan katalitik melalui mekanisme
perengkahan ion karbonium. Mula-mula katalis karena bersifat asam menambahkna
proton ke molekul olevin atau menarik ion hidrida dari alkana sehingga
menyebabkan terbentuknya ion karbonium :
c. Hidrocracking
Hidrocracking merupakan kombinasi
antara perengkahan dan hidrogenasi untuk menghasilkan senyawa yang jenuh. Reaksi
tersebut dilakukan pada tekanan tinggi. Keuntungan lain dari Hidrocracking ini
adalah bahwa belerang yang terkandung dalam minyak diubah menjadi hidrogen
sulfida yang kemudian dipisahkan.
3.
REFORMING
Reforming adalah perubahan dari
bentuk molekul bensin yang bermutu kurang baik (rantai karbon lurus) menjadi
bensin yang bermutu lebih baik (rantai karbon bercabang). Kedua jenis bensin ini memiliki rumus molekul yang sama
bentuk strukturnya yang berbeda. Oleh karena itu, proses ini juga disebut
isomerisasi. Reforming dilakukan dengan menggunakan katalis dan pemanasan.
Contoh reforming adalah sebagai berikut :
Reforming juga dapat merupakan
pengubahan struktur molekul dari hidrokarbon parafin menjadi senyawa aromatik
dengan bilangan oktan tinggi. Pada proses ini digunakan katalis molibdenum
oksida dalam Al2O3 atauplatina dalam lempung.Contoh reaksinya :
4.
ALKILASI dan POLIMERISASI
Alkilasi merupakan penambahan jumlah
atom dalam molekul menjadi molekul yang lebih panjang dan bercabang. Dalam proses ini menggunakan katalis asam kuat seperti
H2SO4, HCl, AlCl3 (suatu asam kuat Lewis). Reaksi secara umum adalah sebagai
berikut:
RH
+ CH2=CR’R’’
R-CH2-CHR’R”
Polimerisasi adalah proses
penggabungan molekul-molekul kecil menjadi molekul besar. Reaksi umumnya adalah sebagai berikut :
M
CnH2n
Cm+nH2(m+n)
Contoh polimerisasi yaitu
penggabungan senyawa isobutena dengan senyawa isobutana menghasilkan bensin
berkualitas tinggi, yaitu isooktana.
5.
TREATING
Treating adalah pemurnian minyak
bumi dengan cara menghilangkan pengotor-pengotornya. Cara-cara proses treating
adalah sebagai berikut :
- Copper sweetening dan doctor treating, yaitu proses penghilangan pengotor yang dapat
menimbulkan bau yang tidak sedap.
- Acid treatment,
yaitu proses penghilangan lumpur dan perbaikan warna.
- Dewaxing
yaitu proses penghilangan wax (n parafin) dengan berat molekul tinggi dari
fraksi minyak pelumas untuk menghasillkan minyak pelumas dengan pour
point yang rendah.
- Deasphalting
yaitu penghilangan aspal dari fraksi yang digunakan untuk minyak pelumas
- Desulfurizing (desulfurisasi), yaitu proses penghilangan unsur belerang.
Sulfur merupakan senyawa yang secara
alami terkandung dalam minyak bumi atau gas, namun keberadaannya tidak
dinginkan karena dapat menyebabkan berbagai masalah, termasuk di antaranya
korosi pada peralatan proses, meracuni katalis dalam proses pengolahan, bau
yang kurang sedap, atau produk samping pembakaran berupa gas buang yang beracun
(sulfur dioksida, SO2) dan menimbulkan polusi udara serta hujan asam. Berbagai
upaya dilakukan untuk menyingkirkan senyawa sulfur dari minyak bumi, antara
lain menggunakan proses oksidasi, adsorpsi selektif, ekstraksi, hydrotreating,
dan lain-lain. Sulfur yang disingkirkan dari minyak bumi ini kemudian diambil
kembali sebagai sulfur elemental.
Desulfurisasi merupakan proses yang digunakan untuk menyingkirkan senyawa
sulfur dari minyak bumi. Pada dasarnya terdapat 2 cara desulfurisasi, yaitu
dengan :
1. Ekstraksi menggunakan pelarut,
serta
2. Dekomposisi senyawa sulfur (umumnya
terkandung dalam minyak bumi dalam bentuk senyawa merkaptan, sulfida dan
disulfida) secara katalitik dengan proses hidrogenasi selektif menjadi hidrogen
sulfida (H2S) dan senyawa hidrokarbon asal dari senyawa belerang tersebut.
Hidrogen sulfida yang dihasilkan dari dekomposisi senyawa sulfur tersebut
kemudian dipisahkan dengan cara fraksinasi atau pencucian/pelucutan.
Akan tetapi selain 2 cara di atas,
saat ini ada pula teknik desulfurisasi yang lain yaitu bio-desulfurisasi.
Bio-desulfurisasi merupakan penyingkiran sulfur secara selektif dari minyak
bumi dengan memanfaatkan metabolisme mikroorganisme, yaitu dengan mengubah
hidrogen sulfida menjadi sulfur elementer yang dikatalis oleh enzim hasil
metabolisme mikroorganisme sulfur jenis tertentu, tanpa mengubah senyawa
hidrokarbon dalam aliran proses. Reaksi yang terjadi adalah reaksi aerobik, dan
dilakukan dalam kondisi lingkungan teraerasi. Keunggulan proses ini adalah
dapat menyingkirkan senyawa sulfur yang sulit disingkirkan, misalnya alkylated
dibenzothiophenes. Jenis mikroorganisme yang digunakan untuk proses
bio-desulfurisasi umumnya berasal dari Rhodococcus sp, namun penelitian lebih
lanjut juga dikembangkan untuk penggunaan mikroorganisme dari jenis lain.
Proses ini mulai dikembangkan dengan adanya kebutuhan untuk menyingkirkan
kandungan sulfur dalam jumlah menengah pada aliran gas, yang terlalu sedikit
jika disingkirkan menggunakan amine plant, dan terlalu banyak untuk
disingkirkan menggunakan scavenger. Selain untuk gas alam dan hidrokarbon, bio-desulfurisasi
juga digunakan untuk menyingkirkan sulfur dari batubara.
Proses Shell-Paques Untuk
Bio-Desulfurisasi Aliran Gas
Salah satu lisensi proses bio-desulfurisasi untuk aliran gas adalah Shell
Paques dari Shell Global Solutions International dan Paques
Bio-Systems. Proses ini sudah diterapkan secara komersial sejak tahun 1993,
dan saat ini kurang lebih terdapat sekitar 35 unit bio-desulfurisasi dengan
lisensi Shell-Paques beroperasi di seluruh dunia.
Proses ini dapat menyingkirkan sulfur dari aliran gas dan menghasilkan hidrogen
sulfida dengan kapasitas mulai dari 100 kg/hari sampai dengan 50 ton/hari,
menggunakan mikroorganisme Thiobacillus yang sekaligus bertindak sebagai
katalis proses bio-desulfurisasi. Dalam proses ini, aliran gas yang mengandung
hidrogen sulfida dilewatkan pada absorber dan dikontakkan pada larutan soda
yang mengandung mikroorganisme. Senyawa soda mengabsorbi hidrogen sulfida, dan
kemudian dialirkan ke bioreaktor THIOPAQ berupa tangki atmosferik teraerasi
dimana mikroorganisme mengubah hidrogen sulfida menjadi sulfur elementer secara
biologis dalam kondisi pH 8,2-9. Sulfur hasil reaksi kemudian melalui proses
dekantasi untuk memisahkan dengan cairan soda. Cairan soda dikembalikan ke
absorber, sedangkan sulfur diperoleh sebagai cake atau sebagai sulfur cair
murni. Karena sifatnya yang hidrofilik sehingga mudah diabsorpsi oleh tanah,
maka sulfur yang dihasilkan dari proses ini dapat juga dimanfaatkan sebagai
bahan baku pupuk.Tahapan reaksi bio-desulfurisasi dapat digambarkan sebagai berikut
:
- Absorpsi H2S oleh senyawa soda
- Pembentukan sulfur elementer oleh mikroorganisme
Keunggulan dari proses Shell-Paques
adalah :
- dapat menyingkirkan sulfur dalam jumlah besar
(efisiensi penyingkiran hidrogen sulfida dapat mencapai 99,8%) hingga menyisakan
kandungan hidrogen sulfida yang sangat rendah dalam aliran gas (kurang
dari 4 ppm-volume)
- pemurnian gas dan pengambilan kembali (recovery) sulfur
terintegrasi dalam 1 proses- gas buang (flash gas/vent gas) dari proses
ini tidak mengandung gas berbahaya, sehingga sebelum dilepas ke lingkungan
tidak perlu dibakar di flare. Hal ini membuat proses ini ideal untuk
lokasi-lokasi dimana proses yang memerlukan pembakaran (misalnya flare
atau incinerator) tidak dimungkinkan.
- menghilangkan potensi bahaya dari penanganan solvent
yang biasa digunakan untuk melarutkan hidrogen sulfida dalam proses
ekstraksi
- sifat sulfur biologis yang hidrofilik menghilangkan
resiko penyumbatan (plugging atau blocking) pada pipa
- Bio-katalis yang digunakan bersifat self-sustaining dan
mampu beradaptasi pada berbagai kondisi proses
- Konfigurasi proses yang sederhana, handal dan aman
(antara lain beroperasi pada suhu dan tekanan rendah) sehingga mudah untuk
dioperasikan
- Proses Shell-Paques ini dapat diterapkan pada gas alam,
gas buang regenerator amine, fuel gas, synthesis gas, serta aliran oksigen
yang mengandung gas limbah yang tidak dapat diproses dengan pelarut.
BLENDING
Proses blending adalah penambahan
bahan-bahan aditif kedalam fraksi minyak bumi dalam rangka untuk meningkatkan
kualitas produk tersebut. Bensin
yang memiliki berbagai persyaratan kualitas merupakan contoh hasil minyak bumi
yang paling banyak digunakan di barbagai negara dengan berbagai variasi cuaca.
Untuk memenuhi kualitas bensin yang baik, terdapat sekitar 22 bahan pencampur
yang dapat ditambanhkan pada proses pengolahannya.
Diantara bahan-bahan pencampur yang terkenal adalah tetra ethyl lead (TEL). TEL
berfungsi menaikkan bilangan oktan bensin. Demikian pula halnya dengan pelumas,
agar diperoleh kualitas yang baik maka pada proses pengolahan diperlukan
penambahan zat aditif. Penambahan TEL dapat meningkatkan bilangan oktan, tetapi
dapat menimbulkan pencemaran udara.